Pages - Menu

Jumat, 19 Desember 2014

Sekilas perkembangan agama-agama besar di dunia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG

Berbagai jawaban dan definisi bisa diberikan oleh seseorang ketika berbicara tentang pengertian agama, tergantung dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang menyebutkan bahwa agama itu adalah: “kepercayaan akan mahluk-mahluk halus,” namun yang lainnya mencoba memberikan definisi yang lebih komprehensip atau deskripsi mengenai praktek-prakteknya.
Sejak berkembangnya agama pada masyarakat primitif, agama berkembang tanpa manusia merasa perlu mendifinisikan artinya, namun sejak perkembangan ilmu pengetahuan, manusia berusaha untuk mengerti hakekat agama yang sudah dianut manusia sejak kehadiran manusia dimuka bumi itu.
Manusia menurut kodratnya menyadari bahwa ia terbatas dan lemah. Ia mengalami juga, bahwa jiwanya terarah kepada alam lain yang mengatasi kelemahannya dan keterbatasannya. Alam rohani itu dipikirkan olehnya sebagai wujud cita-citanya, sebagai sesuatu yang utuh, sempurna dan membahagiakan. Di dalamnya kerinduan akan kebahagiaan dipenuhi; manusia berusaha mengarahkan kegiatannya untuk mencapai kebahagiaan itu. Cara manusia menggapai kebahagiaan tertinggi dan alam rohani pada bangsa-bangsa menunjukkan adanya kesamaan yang mengesankan. Sudah barang tentu demikian, karena kesatuan asasi mengikat seluruh umat manusia. Tetapi perbedaan juga cukup banyak dan mencolok.
Dalam hubungan dengan realita baka yang dianggap suci itu umumnya orang-orang memandangnya dengan hormat disertai larangan dan pantangan bila berhubungan dengannya. Keyakinan demikian diiringi dengan keyakinan adanya kekuatan supranatural khususnya kekuatan gaib/sihir/magi, atau ide-ide mengenai adanya mahluk halus, roh-roh, setan, roh nenek moyang yang telah mati, atau dewa-dewi (gods) yang berasal atau berada dalam realita yang suci tersebut.
Dalam perkembangannya, kepercayaan-kepercayaan tersebut berkembang menjadi berbagai bentuk agama yang menunjukan eksistensinya hingga saat ini. Di dunia dikenal beberapa agama-agama besar dengan beragama nilai sejarah serta ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa agama-agama besar yang ada di dunia.

2. 1. AGAMA HINDU
2.1.1. Agama Hindu Di India
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
2.1.2. Masuknya Agama Hindu Di Indonesia
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: "Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman". Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan "Vaprakeswara".
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa "Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu"
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: "Sruti indriya rasa", Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada  ke Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan  menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. 2. AGAMA BUDHA
 Tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah Pohon Bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, Ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata Sansekerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.

2.3. AGAMA ISLAM
Islam berawal pada tahun 622 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.  Risalah Islam dilanjutkan kembali oleh Nabi Muhammad S.A.W. di Jazirah Arab pada abad ke-7 Masehi ketika Nabi Muhammad S.A.W.mendapat wahyu dari Allah S.W.T. Setelah kematian Rasullullah S.A.W. kerajaan Islam berkembang sampai Samudra Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur.
Tanggal 12 Rabiul awwal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W, yang oleh sebagian kaum Islam diperingati sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.  
Nabi Muhammad S.A.W. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah (570 atau 571 masihi). Ia merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia. Ia dibesarkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Baginda kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun demikian, ketika Nabi Muhammad S.A.W. berusia lebih kurang 40 tahun, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril a.s. Sesudah beberapa waktu beliau mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)"dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 Masehi, baginda dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah dimulainya kalender Hijrah.
Mekah dan Madinah kemudian berperang. Nabi Muhammad S.A.W. memenangi banyak pertempuran walaupun ada di antaranya tentera Islam yang tewas. Lama kelamaan orang-orang Islam menjadi kuat dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah wafatnya Nabi Muhammad S.A.W., seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan orang Islam.

2.4. AGAMA KRISTEN
Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi  bernama  Yesus, yang  lahir  di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4 SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan Desember  tahun  pertama  era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini  salah.  Dalam catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di antaranya  terdapat  dalam  perjanjian  baru  yang   ditulis
Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi   melaksanakan   sensus   penduduk.  Kerajaan  Romawi melaksanakan  sensus  penduduk  empat  belas  tahun  sekali. Sensus  pertama  berlangsung  tahun  6  M; ini berarti bahwa sensus sebelumnya dimulai tahun 8  SM,  selama  pemerintahan Kaisar  Augustus  dan  tanah  Judea diperõntah Kerenius yang dapat kita baca dalam Lukas 2:1-5.  Kita  juga  diberi  tahu tentang  bintang  yang  menuntun orang Majus ke tempat Yesus berada,  dan  astronom  Keppler,  menghitung  bahwa   timbul konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang benderang.  Semua  data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat  menentang pendapat  bahwa  Yesus  lahir  bulan  Desembers karena dalam Injil Lukas terdapat gembala yang  menggembalakan  ternaknya pada  malam  hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu  pastilah  di  luar musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah  musim  semõ  atau musim rontok.
Penganut  ajaran  Kristen  percaya  bahwa  ibu  Yesus, yakni Maria, melahirkan Yesus  dalam  keadaan  masih  perawan  dan belum  bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik bahkan   berkeyakinan  bahwa  Maria  tetap  perawan  setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus  yang disebutkan  dalam  Markus  6:1-6 adalah anak-anak Yusuf dari perkawinannya yang terdahulu.
Tidak  banyak  yang  kita  ketahui  tentang  Yesus  di  masa kanak-kanak;   kisahnya   mulai   banyak  diungkapkan  untuk perjalanan  hidupnya  setelah  berusia   tigapuluhan,   saat dibaptis   oleh   Yahya.  Yahya  membaptis  manusia  sebagai persiapan mereka untuk menerima kedatangan  "juru  selamat;" pada  waktu Yesus datang, dia menolak membaptis Yesus dengan menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus,  bahkan sebaliknya  dialah  yang  pantas dibaptis. Namun Yesus tetap meminta  Yahya  membaptis  dirinya;  setelah  dibaptis   dia mengasingkan  diri  selama  40  hari  dan  memikirkan  "juru selamat" yang  bagaimanakah  sebenarnya.  Selama  itu  iblis menggoda  dia,  membujuk  Yesus  agar  menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau  memenangkan  dukungan  bangsanya  lewat perbuatan  kegaiban  atau  dengan memenuhi kepuasan material bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini,  karena  Dia  sadar bahwa  Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan mati demi bangsanya.
Setelah meninggalkan gurun,  dia  memilih  dua  belas  orang sebagai  teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah  bersaudara dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah  nelayan juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)  adalah pengumpul pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang pada  akhirnya  mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.
Dalam  Markus  6:1-6  Yesus  disebut "tukang kayu," dan dari sini diasumsikan bahwa sebelum  terkenal,  Yesus  meneruskan profesi  ayahnya  sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh pendidikan  dari  cendekiawan  monastik  Yahudi,  yakni kaum Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran  Kristen. Namun  dari  kitab-kitab  Injil  dapat  kita lihat bahwa dia adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor.  Ajarannya dia sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna mendalam.  Teknik  pengajaran  seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna   lewat   kisah-kisah   pendek   dibandingkan    lewat kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang. Kisah-kisah atau  perumpamaan  Yesus  adalah  sederhana  dan langsung kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi,  dia  juga  menggunakan  kotbah,  dan  kotbah   yang  terkenal  adalah  kotbah  bukit  (kotbah  ini  bukanlah satu kotbah panjang, melainkan adalah intisari yang diambil  dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak penyakit  dan  bahkan  menghidupkan  kembali   orang   mati. Perlahan-lahan  namanya  termasyhur  ke  seluruh  negeri dan orang  mulai  berbisik-bisik  mempersoalkan  siapakah   dia. Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah lama dinanti-nantikan di  Caesarea  Phillippi.  Setelah  dia menanyakan   kepada   murid-muridnya  tentang  siapakah  dia disebut khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata  para muridnya? Petrus, yang merupakan orang pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak  itu  Yesus mulai  memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya  tentang  tujuan  kedatangannya. Lalu  dia  diberi  nama  Kristus  yang  berarti  "orang yang diurapi." Segera setelah pengakuan oleh Petrus  tentang  dia (Yesus)  sebagai  "juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian  dan  wajah  Yesus menjadi  bercahaya  putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi Elisa dan Musa.  Peristiwa  ini  disebut  Transfigurasi (perubahan tubuh).
Namun  selama  tiga  tahun  misi  Yesus,  tantangan terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi  dan  Saduki. Kaum  Saduki  adalah  kelompok  kecil aristokrat yang sangat berpengaruh  yang  mengaku   sebagai   keturunan   Sulaiman. Kelompok  Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat  menentang  pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi menolak  karena  ajaran-ajaran  Yesus  menentang  sikap kaum Parisi. Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat  kepada 10  perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui penafsiran tentang   makna   kesepuluh   perintah   tersebut.    Selama bertahun-tahun   hukum  itu  berubah  menjadi  doktrin  yang mendasari ajaran Yudaisme, yang  menjadi  dasar  bagi  orang Yahudi  untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi  lebih  penting  daripada  hukum,  dan Yesus  sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini. Kaum Saduki menentang Yesus karena  mereka  bekerja  sama  dengan bangsa  Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati  hak-hak  istimewa.  Mereka  khawatir  Yesus  bisa menimbulkan   kesulitan  yang  berakhir  pada  situasi  yang mengancam pada prestise dan kekuasaan mereka.
Setelah kira-kira  tiga  tahun,  Yesus  pergi  ke  Yerusalem menunggang  keledai  dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat itu bertepatan  dengan  berlangsungnya pesta  paskah  dan  Yerusalem  dipadati oleh banyak manusia. Paskah adalah  hari  yang  ditunggu-tunggu  bagi  kedatangan "juru  selamat"  bangsa  Yahudi, sehingga suasana saat Yesus memasuki kota amatlah eksplosif.  Lalu  dia  masuk  ke  Bait Allah   dan  mengusir  semua  pedagang,  pembunga  uang  dan orang-orang lain  yang  dia  anggap  mengotori  tempat  suci tersebut.  Penduduk  menunggu  tindakannya yang selanjutnya, yakni  hal  mengumumkan  dirinya  sebagai  Raja  yang   akan mengusir    penjajah    Romawi;    namun    tindakan    yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah  muncul.  Sebaliknya  Yesus mengadakan  perjamuan  dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan   terakhir   (sebagian   cendekiawan   menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane. Di sana dia  ditangkap  serdadu  yang  dipimpin  oleh  Yudas Iskariot.
Pertama  kali  setelah  ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar dalam   hukum   Yahudi,  namun  karena  mereka  tidak  dapat menjatuhkan hukuman mati, keputusan  mereka  harus  disahkan oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius  Pilatus,  dan   dituduh   melakukan   pemberontakan subversi   dan   menghindari   pajak;  Pilatus  tidak  ingin menghukum  orang  yang  tidak  bersalah,  namun   disebabkan tekanan  para  imam  dan  amarah  bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau Yesus  tidak  memperlihatkan  dirinya  sebagai "juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan- dia terpaksa membuat keputusan yang tidak  menyenangkan  dan Yesus  dihukum  dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan, dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam  di kayu salib.
Akan  tetapi,  bagi  Gereja  Kristen,  itu  bukanlah  akhir, melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian  (tiga  hari  berdasarkan perhitungan Yahudi –Yesus meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu).  Para  wanita yang  pergi  ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya sudah kosong,  namun  pakaiannya  masih  terlipat  di  dalam kubur.  Kemudian  Yesus  sendiri  menampakkan dirinya kepada mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada   murid-murid   Yesus   yang   sebelumnya   meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian  mempercayainya.  Beberapa saat   kemudian   Yesus  mengajak  mereka  ke  suatu  bukit, memberkati mereka lalu mereka terangkat ke  surga.  Semenjak itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
Sementara   itu  murid-murid  Yesus  tidak  bisa  menentukan langkah-langkah   mereka   seterusnya.   Namun   pada   hari Pantekosta,  pada  saat mereka semua berkumpul di Yerusalem, Roh Kudus turun dari surga dan  hinggap  pada  masing-masing mereka.  Sejak  itu  mereka  diubahkan, tidak lagi cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani  yang menjelajahi  dunia  ini  untuk  menyampaikan  kabar  gembira tentang Tuhan Yesus Kristus.  

2.5. AGAMA YAHUDIAH (YUDAISME)
Yahudiah (Yudaisme) adalah kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia.
Kitab Suci agama Yahudi menuliskan Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham bahwa beliau dan cucu-cicitnya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman kepada Tuhan. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yakub. Dan karena Ishak dan Yakub berasal dari bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih. Penganut Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus, seperti mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah Allah melalui pemimpin mereka, Musa.
Sinagoga merupakan pusat masyarakat serta keagamaan yang utama dalam agama Yahudi, dan Rabi adalah sebutan bagi mereka yang pakar dalam hal-hal keagamaan.
Kata Yahudi diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitupula dengan keseluruh penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.
Keluarga merupakan hal yang utama dalam agama ini dan penganutnya yang setia akan bersembahyang setiap hari. Hari Sabtu merupakan hari utama yang biasa disebut hari Sabat. Antara Jumat sore sampai Sabtu sore mereka akan menyalakan lilin dan meminum anggur serta roti yang telah diberkati. Di samping Sabat, hari besar yang lain termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru) dan Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat).
Kitab Ibrani disebut Tanakh dan terdiri dari 24 buku yang dihimpun dari 3 kumpulan:
Selain itu terdapat juga Talmud yang merupakan terjemahan serta komentar mengenai Torah dari para rabi dan cendekiawan undang-undang. Ini termasuk Mishnah dan Halakah (kode undang-undang masyarakat utama penganut agama Yahudi), Gemara, Midrash dan Aggadah (legenda dan kisah-kisah lama).
Kabballah pula ialah teks lama yang berunsur mistik, dan menceritakan zat-zat Tuhan.
Kebanyakan penganut Yahudi mengikuti peraturan dalam memilih makanan yang tertulis di dalam Taurat yang melarang campuran susu dengan daging. Daging babi juga dilarang dalam agama Yahudi. Makanan yang disediakan harus menuruti undang-undang tersebut, dan daging harus disembelih oleh kaum Rabi, dinamakan kosyer.
Anak laki-laki juga diharapkan untuk disunat (sewaktu masih bayi) seperti perjanjian nabi Ibrahim dengan Tuhan. Apabila seorang anak laki-laki mencapai kematangan dia akan dirayakan karena menjadi anggota masyarakat Yahudi dalam upacara yang dinamakan Bar Mitzvah. Setelah kematian seseorang, orang-orang Yahudi akan mengadakan satu minggu berkabung di mana mereka membaca Kaddish. Agama dan kemasyarakatan saling berkaitan di dalam masyarakat Yahudi. Misalnya pengambilan riba dianggap berdosa sesama kaum Yahudi, tetapi dibenarkan dengan mereka yang bukan Yahudi.
2.6. AGAMA SHINTO
Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok.
Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
 Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad keenam masehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah terjadi percampuran yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan agama Shinto berada di bawah pengaruh kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan “hidupnya” sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta agama Buddha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya. Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama Shinto banyak dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan warna-warni yang mencolok.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.
Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan menjadi agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar