BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Berbagai jawaban dan definisi bisa
diberikan oleh seseorang ketika berbicara tentang pengertian agama, tergantung
dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang menyebutkan
bahwa agama itu adalah: “kepercayaan akan mahluk-mahluk halus,” namun yang
lainnya mencoba memberikan definisi yang lebih komprehensip atau deskripsi
mengenai praktek-prakteknya.
Sejak berkembangnya agama pada
masyarakat primitif, agama berkembang tanpa manusia merasa perlu mendifinisikan
artinya, namun sejak perkembangan ilmu pengetahuan, manusia berusaha untuk
mengerti hakekat agama yang sudah dianut manusia sejak kehadiran manusia dimuka
bumi itu.
Manusia menurut kodratnya
menyadari bahwa ia terbatas dan lemah. Ia mengalami juga, bahwa jiwanya terarah
kepada alam lain yang mengatasi kelemahannya dan keterbatasannya. Alam rohani
itu dipikirkan olehnya sebagai wujud cita-citanya, sebagai sesuatu yang utuh,
sempurna dan membahagiakan. Di dalamnya kerinduan akan kebahagiaan dipenuhi; manusia
berusaha mengarahkan kegiatannya untuk mencapai kebahagiaan itu. Cara manusia
menggapai kebahagiaan tertinggi dan alam rohani pada bangsa-bangsa menunjukkan
adanya kesamaan yang mengesankan. Sudah barang tentu demikian, karena kesatuan asasi mengikat seluruh umat
manusia. Tetapi perbedaan juga cukup banyak dan mencolok.
Dalam hubungan dengan realita baka
yang dianggap suci itu umumnya orang-orang memandangnya dengan hormat disertai
larangan dan pantangan bila berhubungan dengannya. Keyakinan demikian diiringi dengan keyakinan adanya
kekuatan supranatural khususnya kekuatan gaib/sihir/magi, atau ide-ide mengenai
adanya mahluk halus, roh-roh, setan, roh nenek moyang yang telah mati, atau
dewa-dewi (gods) yang berasal atau berada dalam realita yang suci tersebut.
Dalam
perkembangannya, kepercayaan-kepercayaan tersebut berkembang menjadi berbagai
bentuk agama yang menunjukan eksistensinya hingga saat ini. Di dunia dikenal beberapa
agama-agama besar dengan beragama nilai sejarah serta ajaran-ajaran yang terkandung
di dalamnya. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa agama-agama besar yang ada
di dunia.
2. 1. AGAMA HINDU
2.1.1. Agama Hindu Di India
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat
dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan
Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa
orang-orang yang tinggal di India
pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan
yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan
tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah
dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu
bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500
tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai
ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka
menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya.
Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan
Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai
pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini,
masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan
kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang
mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula
mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab
Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan
tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di
dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman
Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja,
akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang
dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad
ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang
berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang
tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan
Purana. Sejak jaman Purana,
pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha
ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta",
menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi,
sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
2.1.2. Masuknya Agama Hindu Di Indonesia
Masuknya agama Hindu ke
Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya
bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan
diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan
mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: "Yupa
itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman".
Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada
suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan
"Vaprakeswara".
Masuknya agama Hindu ke
Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman
prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama
yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya
kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan
Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan
diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu,
Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa
Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu
didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa "Raja Purnawarman adalah Raja
Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan
tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu"
Bukti lain yang
ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan
atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara.
Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut
agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha
Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan
adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa
sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti
Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula,
Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun
650 Masehi.
Pernyataan lain juga
disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf
Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka
(576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: "Sruti indriya rasa",
Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma
sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi
Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8
Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan
pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di
Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang
berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang
pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760
Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta
dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan.
Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai
peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun
929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri
Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja
Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa.
Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun
1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana
Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai
pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu,
misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan
kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada
jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari
sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13
berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan
besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa
gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa
Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu
berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad
ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga
adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian
lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali.
Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan
Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang
hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan
Tiga. Khayangan Jagad, sad
Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad
inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang.
Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu
selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada ke Bali (tahun 1343) sampai akhir
abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis
pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama
Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra)
ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama,
arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci,
seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya
kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat
mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan
adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud
Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga
Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di
Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha
tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis
Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu
berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang
menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan
umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha
Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali
dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang
selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
2. 2. AGAMA BUDHA
Tokoh historis
Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546–324 SM),
di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya
yang bernama Lumbini.
Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia
juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah:
orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah
perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan
Magadha),
Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa
kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari.
Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu
menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa
juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ).
Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang
terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah Pohon Bodhi,
ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan
posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, Ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu
ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah
kata Sansekerta yang berarti "ia yang
sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak
sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang
berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau
meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400
tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang
sekarang hanya masih tersisa Theravada,
dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada
penerimaan kitab-kitab baru.
2.3. AGAMA ISLAM
Islam berawal pada tahun 622 ketika wahyu pertama
diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira',
Arab Saudi. Risalah Islam dilanjutkan
kembali oleh Nabi Muhammad S.A.W. di Jazirah Arab pada abad ke-7 Masehi ketika
Nabi Muhammad S.A.W.mendapat wahyu dari Allah S.W.T. Setelah kematian
Rasullullah S.A.W. kerajaan Islam berkembang sampai Samudra Atlantik di Barat
dan Asia Tengah di Timur.
Tanggal 12 Rabiul
awwal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W, yang oleh sebagian kaum Islam
diperingati sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad S.A.W. dilahirkan di Mekah pada Tahun
Gajah (570 atau 571 masihi). Ia merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya
Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia. Ia
dibesarkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Baginda kemudiannya menikah dengan
Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun demikian, ketika Nabi Muhammad S.A.W. berusia
lebih kurang 40 tahun, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril a.s. Sesudah
beberapa waktu beliau mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan
terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun
al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)"dan seterusnya
secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 Masehi, baginda dan pengikutnya hijrah ke
Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah
hijrah adalah dimulainya kalender Hijrah.
Mekah dan Madinah kemudian berperang. Nabi Muhammad S.A.W.
memenangi banyak pertempuran walaupun ada di antaranya tentera Islam yang
tewas. Lama kelamaan orang-orang Islam menjadi kuat dan berhasil menaklukkan
Kota Mekah. Setelah wafatnya Nabi Muhammad S.A.W., seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan orang Islam.
2.4. AGAMA KRISTEN
Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi bernama
Yesus, yang lahir di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga
4 SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan Desember tahun
pertama era Kristen yaitu, tahun
1 M, akan tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini salah.
Dalam catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di
antaranya terdapat dalam
perjanjian baru yang
ditulis
Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa
dia lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi melaksanakan sensus
penduduk. Kerajaan Romawi melaksanakan sensus
penduduk empat belas
tahun sekali. Sensus pertama
berlangsung tahun 6 M;
ini berarti bahwa sensus sebelumnya dimulai tahun 8 SM,
selama pemerintahan Kaisar Augustus
dan tanah Judea diperõntah Kerenius yang dapat kita
baca dalam Lukas 2:1-5. Kita juga
diberi tahu tentang bintang
yang menuntun orang Majus ke
tempat Yesus berada, dan astronom
Keppler, menghitung bahwa
timbul konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM
yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang benderang. Semua
data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus lahir antara tahun 8 hingga 4
SM. Kita juga dapat menentang
pendapat bahwa Yesus
lahir bulan Desembers karena dalam Injil Lukas terdapat
gembala yang menggembalakan ternaknya pada malam
hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi
saat kelahiran itu pastilah di
luar musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat
tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah
musim semõ atau musim rontok.
Penganut
ajaran Kristen percaya
bahwa ibu Yesus, yakni Maria, melahirkan Yesus dalam
keadaan masih perawan
dan belum bersetubuh dengan
suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh
kudus. Kaum Katolik bahkan
berkeyakinan bahwa Maria
tetap perawan setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-laki
dan perempuan Yesus yang disebutkan dalam
Markus 6:1-6 adalah anak-anak
Yusuf dari perkawinannya yang terdahulu.
Tidak banyak yang
kita ketahui tentang
Yesus di masa kanak-kanak; kisahnya
mulai banyak diungkapkan
untuk perjalanan hidupnya setelah
berusia tigapuluhan, saat dibaptis oleh
Yahya. Yahya membaptis
manusia sebagai persiapan mereka
untuk menerima kedatangan
"juru selamat;" pada waktu Yesus datang, dia menolak membaptis
Yesus dengan menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus, bahkan sebaliknya dialah
yang pantas dibaptis. Namun Yesus
tetap meminta Yahya membaptis
dirinya; setelah dibaptis
dia mengasingkan diri selama
40 hari dan
memikirkan "juru selamat"
yang bagaimanakah sebenarnya.
Selama itu iblis menggoda dia,
membujuk Yesus agar
menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau memenangkan
dukungan bangsanya lewat perbuatan kegaiban
atau dengan memenuhi kepuasan
material bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini, karena
Dia sadar bahwa Dia haruslah "juru selamat" yang
menderita, yang akan mati demi bangsanya.
Setelah meninggalkan
gurun, dia memilih
dua belas orang sebagai
teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai
latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah bersaudara dan nelayan miskin; Yacob dan
Yahya, juga bersaudara, adalah nelayan
juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)
adalah pengumpul pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota kelompok
Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang pada akhirnya
mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua belas
muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.
Dalam Markus 6:1-6
Yesus disebut "tukang
kayu," dan dari sini diasumsikan bahwa sebelum terkenal,
Yesus meneruskan profesi ayahnya
sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui latar belakang pendidikannya
walaupun mungkin dia memperoleh pendidikan
dari cendekiawan monastik
Yahudi, yakni kaum Essenes, yang
ajarannya banyak mirip dengan ajaran
Kristen. Namun dari kitab-kitab
Injil dapat kita lihat bahwa dia adalah manusia yang
cerdas, arif dan penuh humor. Ajarannya dia
sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna
mendalam. Teknik pengajaran
seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna lewat
kisah-kisah pendek dibandingkan lewat kisah-kisah panjang, atau lewat
diskusi formal yang panjang. Kisah-kisah atau
perumpamaan Yesus adalah
sederhana dan langsung kena,
kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi, dia
juga menggunakan kotbah,
dan kotbah yang terkenal adalah
kotbah bukit (kotbah
ini bukanlah satu kotbah panjang,
melainkan adalah intisari yang diambil
dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan
banyak penyakit dan bahkan
menghidupkan kembali orang
mati. Perlahan-lahan namanya termasyhur
ke seluruh negeri dan orang mulai
berbisik-bisik mempersoalkan siapakah
dia. Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang
telah lama dinanti-nantikan di
Caesarea Phillippi. Setelah
dia menanyakan kepada murid-muridnya tentang
siapakah dia disebut khalayak
ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata para muridnya? Petrus, yang merupakan orang
pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak itu
Yesus mulai memperkenalkan
ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya tentang
tujuan kedatangannya. Lalu dia
diberi nama Kristus
yang berarti "orang yang diurapi." Segera
setelah pengakuan oleh Petrus
tentang dia (Yesus) sebagai
"juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya dan Yacob ke suatu
bukit, di mana pakaian dan wajah
Yesus menjadi bercahaya putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi
Elisa dan Musa. Peristiwa ini
disebut Transfigurasi (perubahan
tubuh).
Namun selama tiga
tahun misi Yesus,
tantangan terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi dan
Saduki. Kaum Saduki adalah
kelompok kecil aristokrat yang
sangat berpengaruh yang mengaku
sebagai keturunan Sulaiman. Kelompok Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani
ingin menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat menentang
pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang
berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi menolak
karena ajaran-ajaran Yesus
menentang sikap kaum Parisi. Kita
tahu orang Yahudi sangat berpegang erat
kepada 10 perintah Allah,
sementara Yesus memperbaharui penafsiran tentang makna
kesepuluh perintah tersebut.
Selama bertahun-tahun hukum itu
berubah menjadi doktrin
yang mendasari ajaran Yudaisme, yang
menjadi dasar bagi
orang Yahudi untuk mengasihi
Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi lebih
penting daripada hukum,
dan Yesus sangat lantang
menentang sikap orang Parisi ini. Kaum Saduki menentang Yesus karena mereka
bekerja sama dengan bangsa
Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati hak-hak
istimewa. Mereka khawatir
Yesus bisa menimbulkan kesulitan
yang berakhir pada
situasi yang mengancam pada
prestise dan kekuasaan mereka.
Setelah kira-kira
tiga tahun, Yesus
pergi ke Yerusalem menunggang keledai
dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat
itu bertepatan dengan berlangsungnya pesta paskah
dan Yerusalem dipadati oleh banyak manusia. Paskah
adalah hari yang
ditunggu-tunggu bagi kedatangan "juru selamat"
bangsa Yahudi, sehingga suasana
saat Yesus memasuki kota amatlah eksplosif.
Lalu dia masuk
ke Bait Allah dan
mengusir semua pedagang,
pembunga uang dan orang-orang lain yang
dia anggap mengotori
tempat suci tersebut. Penduduk
menunggu tindakannya yang
selanjutnya, yakni hal mengumumkan
dirinya sebagai Raja
yang akan mengusir penjajah
Romawi; namun tindakan
yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah
muncul. Sebaliknya Yesus mengadakan perjamuan
dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan terakhir
(sebagian cendekiawan menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu
dia pergi ke Taman Getsemane. Di sana dia
ditangkap serdadu yang
dipimpin oleh Yudas Iskariot.
Pertama kali setelah
ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan para imam dan dituduh menghujat
Allah, suatu kejahatan besar dalam
hukum Yahudi, namun
karena mereka tidak
dapat menjatuhkan hukuman mati, keputusan mereka
harus disahkan oleh penguasa
Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius Pilatus,
dan dituduh melakukan
pemberontakan subversi dan menghindari
pajak; Pilatus tidak
ingin menghukum orang yang
tidak bersalah, namun
disebabkan tekanan para imam
dan amarah bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau
Yesus tidak memperlihatkan dirinya
sebagai "juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam
peperangan- dia terpaksa membuat keputusan yang tidak menyenangkan
dan Yesus dihukum dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan, dan
Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam di kayu salib.
Akan tetapi, bagi
Gereja Kristen, itu
bukanlah akhir, melainkan adalah
awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian (tiga
hari berdasarkan perhitungan
Yahudi –Yesus meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu). Para
wanita yang pergi ke makamnya pada Minggu pagi menemukan
makamnya sudah kosong, namun pakaiannya
masih terlipat di
dalam kubur. Kemudian Yesus
sendiri menampakkan dirinya
kepada mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada murid-murid
Yesus yang sebelumnya
meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian mempercayainya. Beberapa saat kemudian
Yesus mengajak mereka
ke suatu bukit, memberkati mereka lalu mereka terangkat
ke surga. Semenjak itu Yesus tidak pernah menampakkan
diri lagi di bumi ini.
Sementara
itu murid-murid Yesus
tidak bisa menentukan langkah-langkah mereka
seterusnya. Namun pada
hari Pantekosta, pada saat mereka semua berkumpul di Yerusalem, Roh
Kudus turun dari surga dan hinggap pada
masing-masing mereka. Sejak itu
mereka diubahkan, tidak lagi
cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani yang menjelajahi dunia
ini untuk menyampaikan
kabar gembira tentang Tuhan Yesus
Kristus.
2.5. AGAMA YAHUDIAH (YUDAISME)
Yahudiah (Yudaisme) adalah
kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun
orang Israel
yang bermukim di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah
wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel
dari penindasan di Mesir,
menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya
kepada manusia sedunia.
Kitab Suci agama Yahudi
menuliskan Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham
bahwa beliau dan cucu-cicitnya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman
kepada Tuhan. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yakub. Dan karena Ishak dan Yakub berasal dari bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih. Penganut
Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus,
seperti mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan
menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah
Allah melalui
pemimpin mereka, Musa.
Sinagoga merupakan pusat masyarakat serta
keagamaan yang utama dalam agama Yahudi, dan Rabi
adalah sebutan bagi mereka yang pakar dalam hal-hal keagamaan.
Kata Yahudi diambil menurut
salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya,
disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitupula dengan keseluruh
penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.
Keluarga merupakan hal yang
utama dalam agama ini dan penganutnya yang setia akan bersembahyang setiap
hari. Hari Sabtu merupakan hari utama yang biasa disebut hari Sabat. Antara Jumat sore sampai Sabtu sore mereka akan menyalakan lilin dan
meminum anggur serta roti yang telah diberkati. Di
samping Sabat, hari besar yang lain termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru) dan Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat).
Selain itu terdapat juga Talmud yang
merupakan terjemahan serta komentar mengenai Torah dari para rabi dan
cendekiawan undang-undang. Ini termasuk Mishnah dan Halakah (kode
undang-undang masyarakat utama penganut agama Yahudi), Gemara, Midrash
dan Aggadah (legenda dan kisah-kisah lama).
Kebanyakan penganut Yahudi mengikuti peraturan dalam
memilih makanan yang tertulis di dalam Taurat yang
melarang campuran susu dengan daging. Daging babi juga dilarang dalam
agama Yahudi. Makanan yang disediakan harus menuruti undang-undang tersebut,
dan daging harus disembelih oleh kaum Rabi, dinamakan kosyer.
Anak laki-laki juga diharapkan untuk disunat (sewaktu
masih bayi) seperti perjanjian nabi Ibrahim dengan Tuhan. Apabila seorang anak
laki-laki mencapai kematangan dia akan dirayakan karena menjadi anggota
masyarakat Yahudi dalam upacara yang dinamakan Bar Mitzvah. Setelah
kematian seseorang, orang-orang Yahudi akan mengadakan satu minggu berkabung di
mana mereka membaca Kaddish. Agama dan
kemasyarakatan saling berkaitan di dalam masyarakat Yahudi. Misalnya
pengambilan riba
dianggap berdosa sesama kaum Yahudi, tetapi dibenarkan dengan mereka yang bukan
Yahudi.
2.6. AGAMA SHINTO
Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”.
Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai
arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun
roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme
yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata
“Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam taoisme yang berarti gelap,
basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan
nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham
keagamaan dari Tiongkok.
Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Shintoisme (agama
Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa
(animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang
oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang
telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada
mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang
historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis
tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan
timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan
(mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan
dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke
Jepang pada abad keenam masehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli
bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah
terjadi percampuran yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan agama Shinto
berada di bawah pengaruh kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto
senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan
“hidupnya” sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan
antara agama Budha dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya
mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa
Jepang (Shinto) dengan para pendeta agama Buddha, maka untuk mempertahankan
kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya menerima dan memasukkan
unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto
justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya. Misalnya, aneka ragam
upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama Shinto banyak
dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal
dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci
agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan
warna-warni yang mencolok.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada
hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha
(penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan
figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin
dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.
Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama
Shinto diproklamirkan menjadi agama negara yang pada saat itu agama Shinto
mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa
paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang,
sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti
pula berbakti kepada negara dan politik negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar