Secara etimologis etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000), mempunyai arti :
- Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
- Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
- Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Jadi etika agama Hindu dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai yang mengatur tentang baik dan buruk serta mengenai hak dan kewajiban yang bersumber pada ajaran agama Hindu (Veda). Pengetahuan dan peraturan tentang tingkah laku yg sesuai dengan dharma Agama Hindu yang dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari oleh umat Hindu
Etika begitu penting bagi umat Hindu
karena :
- Sebagai pedoman tingkah laku dalam menjalin hubungan dalam lingkungan masyarakat yang heterogen. Dengan latar belakang yang berbeda-beda sudah tentu setiap individu dalam masyarakat memiliki perbedaan cara, pandangan dan orientasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga Etika sebagai sebuah aturan yang mengatur tentang pola tingkah laku setiap individu mutlak diperlukan untuk membatasi individu dalam berinteraksi dalam suatu masyarakat sehingga tidak terjadi suatu benturan antar individu.
- Sebagai ciri khas yang melekat dalam kehidupan sehari-hari ( sampai saat ini umat hindu dikenal sebagai umat beragama yang memiliki tingkat toleransi yang cukup tinggi).
Etika sebagai kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dapat dianggap sebagai identitas sebuah
kelompok masyarakat maupun individu. Dalam kehidupan bermasyarakat etika
dijadikan suatu alat ukur untuk menentukan status dalam stratifikasi sosial
kemasyarakatan, semakin tinggi nilai
akhlak (etika ) yang dianut maka semakin tinggi status sosialnya dan
demikian pula sebaliknya.
- Untuk meningkatkan kualitas diri
Etika sebagai Ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
memberikan tuntunan kepada setiap individu untuk dapat hidup lebih mulia.
Manusia akan tampak begitu mulia apabila mampu dalam setiap tindakannya
membedakan hal yang baik maupun hal buruk
dan mampu menjalankan swadharma sebagai kewajiban utama.
- Untuk pengendalian diri.
Secara kodrati manusia adalah
mahluk dengan ego dan keinginan (nafsu) yang tinggi. Dengan dasar itulah
manusia perlu suatu kaidah / aturan (etika) untuk mengatur segala tingkah laku,
sehingga dalam upaya memuaskan ego dan keinginan manusia memiliki suatu alat
kontrol
- Untuk menghindari terjadinya benturan kebutuhan antara manusia satu dengan yang lainnya. Manusia adalah mahluk konsumtif, memiliki tingkat kebutuhan yang begitu komplek baik secara kuantitas, kualitas, maupun jenisnya. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga dalam usaha pemenuhan kebutuhan itu, etika diperlukan untuk mengakomodir berbagai usaha pemenuhan kebutuhan sehingga tidak terjadi benturan yang memicu konflik dalam suatu masyarakat.
- Sebagai tolok ukur yang dipergunakan mengukur moral seseorang tentang baik buruk perilakunya. Sebagai umat beragama, perilaku (moral) adalah indikator utama keberhasilan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama.
- Untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan lingkungan, sesama manusia dan pencipta-Nya. Agama Hindu dengan kandungan ajaran tentang pengendalian diri, etika toleransi yang sangat berguna sebagai pedoman dalam membina hubungan yang harmonis tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Tuhan Yang Maha Esa dan semua Makhluk ciptaan-Nya.
- Sebagai bentuk toleransi. Secara umum toleransi diartikan sebagai bentuk penghargaan, yakni memberikan penghargaan terhadap orang lain dalam hal ini yang paling menonjol adalah penghargaan terhadap ajaran agama yang dianut oleh orang lain. Sesungguhnya toleransi tidak hanya berkaitan dengan penganut agama yang lain tetapi juga perlu ditumbuhkan dalam kaitannya dengan kehidupan intern umat beragama, maksudnya bila terdapat perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama dalam intern umat seagama, maka penghargaan atau toleransi perlu ditumbuhkembangkan, demikian pula dengan umat yang lain (antar umat beragama) dan antara umat beragama dengan pemerintah.
- Rendahnya kualitas SDM
- Tingginya ego
- Tradisi mulo keto yang sangat susah untuk ditinggalkan
- Adanya anggapan bahwa etika dipergunakan untuk mengatur hubungan antar sesama manusia sedangkan upacara dipergunakan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan penciptanya.
- Kurangnya pengetahuan umat hindu terhadap ajaran agama yang dianutnya secara turun-temurun
- Rendahnya minat untuk mempelajari dan mengkaji ajaran agama
- Adanya penurunan tingkat kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat sakral
- Pengaruh budaya global yang masuk ke dalam budaya-budaya lokal
- Mulai beralihnya corak kehidupan agraris pada masyarakat hindu ke arah corak kehidupan modern
- Kurangnya literatur yang mancadi acuan terkait dengan etika hindu
a. Tri
Kaya Parisudha yaitu :
o 1.Manacika
= berpikir yang baik, konstruktif
o 2.Wacika =
berbicara yang baik, komunikatif
o 3.Kayika =
bertindak yang
baik, kooperatif
b. Tri Hita Karana ( tiga hal yang
menyebabkan keharmonisan) yaitu :
o Palemahan (hubungan antara manusia
denga alam)
o Pawongan (hubungan antara manusia
dengan manusia)
o Parahyangan (hubungan manusia dengan penciptanya)
c. Tat
Twam Asi ( memandang kesetaraan antar sesama mahluk)
d. Hukum Karma
( hukum sebab akibat yang menjadi aturan dalam bertingkah laku).
e. Catur
Paramita yaitu empat budi
yang mulia (luhur), yaitu:
o
Maitri artinya suka
bersahabat,
o
Karuna artinya
: tidak bersifat iri, dengki kepada siapapun, memiliki sikap welas asih kepada
semua mahluk,
o
Mudita artinya
simpati kepada sesama dan sopan santun,
o
Upeksa artinya mempergunakan pertimbangan dalam
menyelesaikan permasalahan, mengalah untuk kebenaran.
•
Putrasasana yaitu etika yang mengatur tentang
perilaku seorang anak anak
•
Reshisasana yaitu etika yang mengatur segala
perilaku para reshi
•
Adigama yaitu etika yang mengatur segala perilaku penegak
hukum
•
Krta sima subak yaitu etika yang mengatur segala
perilaku anggota perkumpulan pengairan (subak)
•
Warnadharmasastra yaitu etika yang mengatur profesi
warna
Kamya Dharmasastra adalah hal-hal yang wajib
dilakukan umat Hindu Misalnya:
•
Upacara Yadnya (Dewa, Pitra, Reshi, Manusa, Bhuta)
•
Sembah Bakti ( Tri Sandya & Kramaning Sembah)
•
Cuntaka (sebel)
•
Catur Brata Penyepian (Amati Gni, Amati Karya, Amati Lelungaan, dan Amati Lelungaan).
•
Pewintenan
Pengertian antara etik, etis, etika dan
moral
•
Etik adalah kumpulan nilai, asas atau standar yang menyangkut akhlak nilai yg menyangkut tindakan
benar atau salah, boleh atau tidak boleh, yang dianut oleh suatu masyarakat.
Contoh : kode etik pinandita, kode etik dokter, kode etik wartawan, kode
etik guru, kode etik pengacara.
•
Etis
adalah perilaku yang menuruti kaidah etika (baik, bagus, beradab)
sesuai dengan tata cara atau perilaku yang
telah disepakati oleh masyarakat
perilaku yang disertai dengan emosi baik-buruknya perilaku etis ditentukan oleh
emosi yang positif atau negatif.
Contoh : makan menggunakan tangan kanan, berpamitan sebelum bepergian,
memakai pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin, menjalin hubungan dengan
lawan jenis, tidak memotong pembicaraan.
•
Etika : berasal dari bahasa Yunani
"ethos" yang berarti adat kebiasaan Secara istilah, etika adalah
usaha manusia agar kehidupan mereka berada dalam aturan yang baik, beredar
sesuai dengan naluri kemanusiaan. Usaha itu diwujudkan dengan membentuk suatu
tata aturan kehidupan yang baik lalu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dan ada juga yang mengartikan etika sebagai Ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
Contoh : melakukan
kebaikan, bersifat kasih sayang, suka menolong, suka memaafkan orang, berkorban
untuk orang lain ( tidak mementingkan diri sendiri).
•
Moral adalah akhlak, tabiat, kelakuan, cara hidup,
adat istiadat menyangkut baik-buruknya seseorang dalam hal sikap, perilaku,
tindak tanduk dan perbuatannya.
Contoh : memberikan salam kepada sesama, tidak berbohong, tidak mencuri,
tidak melakukan zinah, melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan, menolong orang
yang tengah mengalami kesulitan.
Etika
Dalam Hari Raya Saraswati.
a)
Pemujaan Saraswati dilakukan
sebelum tengah hari.
b)
Sebelum perayaan Saraswati,
tidak diperkenankan membaca atau menulis.
c)
Bagi yang melaksanakan Brata
Saraswati tidak diperkenankan membaca dan menulis selama 24 jam.
d)
Dalam mempelajari segala pangaweruh
selalu dilandasi dengan hati Astiti kepada Hyang Saraswati, termasuk
dalam hal merawat perpustakaan.
Upakara yang
dipergunakan dalam perayaan hari raya saraswati .
1)
Tempat:
Semua pustaka- pustaka keagamaan dan buku- Suku pengetahuan lainnya termasuk alat- alat pelajaran yang merupakan Lingga Stana Hyang Saraswati diatur dalam tempat yang layak untuk itu.
Semua pustaka- pustaka keagamaan dan buku- Suku pengetahuan lainnya termasuk alat- alat pelajaran yang merupakan Lingga Stana Hyang Saraswati diatur dalam tempat yang layak untuk itu.
2)
Banten.
Upakara Saraswati sekurang- kurangnya: Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya.
Upakara Saraswati sekurang- kurangnya: Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya.
3)
Kekuluh (tirta).Tirta yang
dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon ke hadapan
Hyang Surya sekaligus merupakan tirta Saraswati, di tempat lingga Saraswati
masing- masing.
4)
Pelaksanaan:
·
Didahului dengan Menghaturkan
penyucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta.
·
Upakara Saraswati Puja
ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya.
Tata letak banten saraswati :
Hulu (luan)
Banten pejati yang
terdiri atas daksina, peras ajuman , ketipat kelanan, penyeneng, penyucian,
canang sari
|
Tengah
Ayaban tumpeng lima ( peras, pengambean, dapetan) banten guru dan banten
saraswati.
|
Bawah (teben)
Tebasan byakala, prayascita dan segehan
|
Etika tata letak
banten piodalan:
Hulu (Luanan)
Pada masing-masing
pelinggih diletakan banten pejati
|
Madya (asagan )
Banten ayaban,
tumpeng pitu, peras, pengambean, pengulap, dapetan, penyeneng, sodan,
rayunan, gebogan, sesayut, jerimpen.
|
Bawah (teben)
Caru atau segehan agung
|
Didepan pemimpin upacara ( diarep
pemangku)
Pejati, byakala, durmanggala, prayascita, pengulapan
|
Lima jenis Yadnya yang berdasarkan kemampuan
Yadnya adalah suatu korban suci yang dilakukan secara
tulus dan ikhlas untuk mencapai kesempurnaan hidup. Berikut adalah 5 jenis
yadnya yang dapat dilkakukan berdasarkan kemampuan
1.
Dewa Yadnya (korban suci yang
ditujukan untuk para dewa dan segala manifestasinya):
- melaksanakan puja tri sandhya & muspa
- mempelajari dan menjalankan ajaran kitab suci
Weda ( ajaran agama )
- melakukan yoga, japa dan meditasi
2.
Pitra Yadnya (korban suci yang
ditujukan untuk para leluhur )
- menuruti dan menjalankan nasehat orang tua
- merawat dan membahagiakan orang tua
- melaksanakan upacara ngaben
- sembah sujud bhakti kepada para leluhur
3.
Manusa Yadnya (korban suci yang
ditujukan untuk kesempurnaan hidup
manusia )
- memberikan bantuan kepada sesama
umat manusia
- menghormati sesama manusia (athiti
puja)
- melaksanakan program pendidikan,
kesehatan yang dapat bermanfaat untuk kemajuan dan kesempurnaan hidup
- melaksanakan upacara garbhawedana
sampai pada upacara pawiwahan
4. Rsi Yadnya (korban suci yang ditujukan
untuk para orang-orang suci)
- membangun tempat-tempat suci
- berdana punia kepada orang-orang
suci
- belajar dan menjalankan
ajaran-ajaran orang suci
- melakukan upacara ekajati, dwijati
5. Bhuta Yadnya (korban suci yang ditujukan
kepada semua mahluk hidup)
- melakukan yadnya sesa setiap
setelah memasak
- mecaru pada waktu-waktu tertentu
- melestarikan lingkungan sekitar
- memelihara hewan dengan penuh
kasih sayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar